Please use this identifier to cite or link to this item: http://ecampus.poltekkes-medan.ac.id/xmlui/handle/123456789/3695
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.authorYOLANDA NADIA NAULI TAMPUBOLON-
dc.date.accessioned2021-08-07T11:43:41Z-
dc.date.available2021-08-07T11:43:41Z-
dc.date.issued2019-09-01-
dc.identifier.citationMedanen_US
dc.identifier.urihttp://poltekkes.aplikasi-akademik.com/xmlui/handle/123456789/3695-
dc.description.abstractFormalin merupakan bahan tambahan kimia yang efisien, tetapi dilarang ditambahkan pada bahan pangan (makanan) tetapi ada kemungkinan formalin digunakan dalam pengawetan ikan asin. Keberadaan formalin dalam makanan sangat berbahaya. Kandungan formalin yang tinggi akan meracuni tubuh menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker), dan bersifat mutagen (menyebabkan perubahan fungsi sel). Dalam kadar yang sangat tinggi, hal tersebut dapat menyebabkan kegagalan peredaran darah yang bermuara pada kematian. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menetukan penurunan kadar formalin pada ikan asin yang diperjualbelikan di Pusat Pasar Medan yang direndam dengan suhu 55ºC, 65ºC, dan 75ºC selama 15 menit. Penelitian dilakukan di bulan Maret-Juni 2019. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Amami Jurusan Analis Kesahatan Poltekkes Kemenkes RI Medan. Sampel penelitian ini adalah ikan asin jambal yang berformalin. Metode penelitian ini adalah metode Kolorimetri dengan menggunakan “FOOD Contamination Test Kit F-09”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar formalin sebelum dilakukan perendaman selama 15 menit dengan variasi suhu adalah 45 ppm, direndam dengan suhu 55ºC sebanyak 24 ppm (46,7%), direndam dengan suhu 65ºC sebanyak 12 ppm (73,3%), dan direndam dengan suhu 75ºC sebanyak 3 ppm (93,3%). Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu perendaman ikan asin, kadar formalin dalam ikan asin akan berkurang. Disarankan bagi konsumen untuk lebih cermat dalam memilih ikan asin dan sebelum diolah alangkah baiknya ikan asin direndam terlebih dahulu. Formalin merupakan bahan tambahan kimia yang efisien, tetapi dilarang ditambahkan pada bahan pangan (makanan) tetapi ada kemungkinan formalin digunakan dalam pengawetan ikan asin. Keberadaan formalin dalam makanan sangat berbahaya. Kandungan formalin yang tinggi akan meracuni tubuh menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker), dan bersifat mutagen (menyebabkan perubahan fungsi sel). Dalam kadar yang sangat tinggi, hal tersebut dapat menyebabkan kegagalan peredaran darah yang bermuara pada kematian. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menetukan penurunan kadar formalin pada ikan asin yang diperjualbelikan di Pusat Pasar Medan yang direndam dengan suhu 55ºC, 65ºC, dan 75ºC selama 15 menit. Penelitian dilakukan di bulan Maret-Juni 2019. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Amami Jurusan Analis Kesahatan Poltekkes Kemenkes RI Medan. Sampel penelitian ini adalah ikan asin jambal yang berformalin. Metode penelitian ini adalah metode Kolorimetri dengan menggunakan “FOOD Contamination Test Kit F-09”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar formalin sebelum dilakukan perendaman selama 15 menit dengan variasi suhu adalah 45 ppm, direndam dengan suhu 55ºC sebanyak 24 ppm (46,7%), direndam dengan suhu 65ºC sebanyak 12 ppm (73,3%), dan direndam dengan suhu 75ºC sebanyak 3 ppm (93,3%). Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu perendaman ikan asin, kadar formalin dalam ikan asin akan berkurang. Disarankan bagi konsumen untuk lebih cermat dalam memilih ikan asin dan sebelum diolah alangkah baiknya ikan asin direndam terlebih dahulu.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.subjectFormalin (formaldehyde), Ikan Asin, Kolorimetrien_US
dc.titleANALISA KADAR FORMALIN PADA IKAN ASIN YANG DI PERJUALBELIKAN DI PUSAT PASAR MEDAN DENGAN VARIASI SUHU PERENDAMANen_US
dc.typeOtheren_US
Appears in Collections:KTI D III TLM WISUDA TAHUN 2019

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
KTI Jilid Lux.pdf2.3 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.